Bronkitis pada saat hamil memang dapat menyebabkan rasa yang tidak nyaman untuk bunda, terutama akibat batuk yang berlebihan. Meski bronkitis pada ibu hamil tidak menyebabkan masalah serius pada janin, namun bunda disarankan untuk segera mengatasinya. Hal ini bertujuan untuk memastikan kondisi bunda dan bayi di dalam kandungan tetap aman.
Bronkitis adalah peradangan yang terjadi pada dua saluran oksigen terbesar yang mengalirkan udara dari tenggorokan menuju paru-paru. Kondisi ini dapat terjadi akibat infeksi atau iritasi yang menyebabkan ibu hamil kesulitan bernapas dan sekresi lendir secara berlebihan. Ibu hamil yang terkena bronkitis akan mengalami batuk parah yang menjadi mekanisme tubuh untuk mengeluarkan lendir di saluran udara.
Berdasarkan tingkat keparahannya, bronkitis terbagi ke dalam dua jenis, yaitu:
a. Bronkitis akut merupakan kondisi yang cukup umum dialami. Biasanya, kondisi ini terjadi selama beberapa minggu dan akan membaik dengan sendirinya tanpa memerlukan penanganan khusus.
b. Bronkitis kronis adalah kondisi yang lebih serius. Kondisi ini dapat kambuh dan berakibat fatal bagi kesehatan.
Baca juga artikel Medikacare lainnya : Tips meredakan radang amandel - Medikacare
Cara menangani bronkitis saat hamil
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi bronkitis pada ibu hamil, di antaranya:1. Antibiotik
Bronkitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri dapat diatasi dengan mengonsumsi antibiotik. Meski bagitu, sebaiknya bunda berhati-hati saat memilih antibiotik, karena banyak yang dianggap berbahaya untuk janin.
Jika bronkitis disebabkan oleh virus, bunda tidak memerlukan antibiotik karena tidak efektif untuk melawan virus. Jenis infeksi ini akan sembuh dengan sendirinya tanpa penanganan khusus. Tetapi, apabila gejala bronkitis tak kunjung hilang, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
2. Penanganan bronkitis sesuai dengan trimester kehamilan
Perawatan yang dilakukan dengan cepat saat gejala pertama kali muncul dapat membantu mencegah bronkitis agar tidak memengaruhi kondisi bunda dan janin. Perawatan yang dilakukan juga tergantung pada trimester kehamilan.Pada trimester pertama kehamilan, biasanya dokter meresepkan antibiotik yang aman bagi janin untuk mengurangi peradangan dengan dengan menargetkan infeksi. Pada trimester kedua kehamilan, dokter akan meresepkan antibiotik yang aman untuk janin yang mampu membersihkan lendir saat batuk.
Sementara pada trimester ketika kehamilan, perlu dilakukan imunoglobulin intravena (IVIG) atau terapi untuk menambah antibody jika terjadi infeksi intrauterin. Apabila kondisi bronkitis semakin parah, bunda mungkin akan mengalami persalinan prematur atau keguguran.
Baca juga artikel Medikacare lainnya : Kenali TBC pada anak - Medikacare
3. Pengobatan rumahan
Sejak bunda merasakan gejala bronkitis, beberapa penanganan rumahan dapat segera dilakukan untuk mengatasinya. Beberapa pengobatan terbaik untuk bronkitis saat hamil adalah:1. Berkumur dengan air garam. Caranya, larutkan satu sendok teh garam dalam 250 ml air dan kumurkan. Cara ini bisa meredakan nyeri pada tenggorokan dan membuang lendir.
2. Kunyit. Bumbu masakan ini memiliki sifat antiinflamasi dan membantu membersihkan lendir serta meredakan sakit tenggorokan. Caranya, campurkan satu sendok teh kunyit bubuk ke dalam susu, kemudian didihkan. Minum selagi hangat.
3. Jahe. Bahan masakan ini juga memiliki sifat antiinflamasi. Untuk menggunakannya, bunda bisa mencapurkan jahe yang telah dihaluskan ke dalam air mendidih dan minum selagi hangat.
4. Campuran lemon dengan madu. Lemon kaya akan vitamin C dan flavonoid yang berfungsi untuk melawan infeksi. Sementara, madu bersifat antivirus dan antibakteri. Tentunya, beberapa kandungan tersebut dapat membantu mengurangi gejala bronkitis.
5. Yoghurt. Minuman fermentasi ini mengandung bakteri baik atau dikenal sebagai prebiotik yang bisa membantu meringankan infeksi pada saluran pernapasan.
Sebagian besar infeksi saluran pernapasan seperti bronkitis tidak selalu berkaitan dengan risiko tinggi pada komplikasi kehamilan atau cacar lahir. Meski begitu, tidak ada salahnya untuk melakukan tindakan pencegahan dengan memeriksakan diri kepada dokter.